Publik Jakarta tersentak
tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu
pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Kenapa publik tersentak? bukankah
selama ini geng motor sudah menebar teror di mana-mana? Selama ini publik
Jakarta memang abai terhadap keberadaan geng motor. Mereka juga lupa bahwa
teror yang ditebar geng motor sudah begitu mengkhawatirkan. Bayangkan saja,
pada 2009 ada 68 orang tewas di arena balapan liar, tempat geng motor
berkumpul. Pada 2010 ada 62 orang tewas dan 2011 ada 65 tewas.
Korban tewas umumnya akibat kecelakaan dalam balapan liar, pengeroyokan, dan kecelakaan lalu lintas. Pada April ini saja ada dua korban tewas setelah dikeroyok geng motor. Satu di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan dan satu lagi anggota TNI AL yang dikeroyok di Kemayoran, Jakarta Pusat. Saat itu tak ada publik Jakarta yang peduli. Para pejabat di negeri ini pun seperti cuek bebek menyikapi teror yang ditebar geng motor tersebut.
Tapi tatkala geng motor mengamuk pada Jumat dini hari, publik Jakarta langsung terbeliak. Menko Polhukam bahkan angkat bicara. Fenomena ini menunjukkan bahwa geng motor Jumat dini hari itu adalah geng motor yang luar biasa sehingga begitu mendapat perhatian yang luar biasa pula dari publik dan para pejabat negara. Perhatian yang luar biasa ini dapat dipahami sebab aksi mereka memang luar biasa, mulai dari Jakarta Utara hingga Jakarta Pusat.
Mereka bisa mengamuk selama tiga jam di ibu kota negara tanpa diketahui dan dicegah aparat keamanan. Mereka bisa bebas melempari kantor polisi, menganiaya sejumlah orang,menusuk anggota masyarakat hingga tewas, dan melakukan penyerangan di delapan lokasi. Bayangkan, jika geng motor ini merupakan pasukan teroris, akan jadi apa Jakarta pada Jumat dini hari.
Dua Fenomena
Dari peristiwa Jumat dini hari itu ada dua fenomena yang patut dicermati. Pertama, benarkah mereka anggota geng motor? Dari tipikalnya sulit dipercaya bahwa mereka adalah anggota geng motor. Melihat ulahnya, kita jadi teringat kerusuhan Mei 1998 di mana saat itu ada ratusan orang yang berkonvoi dan melakukan penyerangan terhadap toko-toko di Jakarta hingga berhasil memprovokasi warga sekitar untuk menciptakan kerusuhan massal maupun penjarahan.
Dengan latar belakang ini, kita patut bertanya,adakah aksi penyerangan ini berkaitan dengan baru disahkannya RUU Pengaman Konflik Sosial (PKS) oleh DPR? Bisakah aksi Jumat dini hari itu dinilai sebagai momentum untuk “uji coba” terhadap keampuhan RUU PKS? Sebab pola penyerangan mereka berbeda dengan aksi pengeroyokan yang biasanya dilakukan geng motor di Jakarta.
Selama ini pola yang dipakai geng motor di Jakarta hanya melakukan pengeroyokan di satu tempat tertentu, di arena balapan liar. Sementara pola penyerangan geng motor Jumat dini hari itu menyebar konflik ke delapan tempat di Jakarta Utara dan pusat serta memukuli orang-orang yang berkumpul. Sepertinya hendak memprovokasi kemarahan warga sekitar dan memicu konflik sosial yang lebih luas.
Kedua, aksi Jumat dini hari menimbulkan fenomena baru yakni munculnya geng motor kagetan. Artinya, brutalisme geng motor di Jakarta mulai dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kepentingan tertentu. Dengan aksi brutalisme yang dilakukan geng motor, kelompok-kelompok tertentu tersebut dalam menjalankan misinya bisa berlindung di balik atas nama dendam, solidaritas korps, dan krisis kepercayaan pada polisi yang memang kurang serius dalam menuntaskan kasus-kasus di seputar geng motor.
Pembiaran
Pembiaran terhadap geng motor terlihat nyata dari sikap polisi yang membiarkan arena balapan liar berkembang pesat di Jakarta. Padahal arena balapan liar adalah tempat komunitas geng motor berkumpul. Kehadiran geng motor di Jakarta berbeda dengan keberadaan geng motor di kota lain. Di Bandung misalnya geng motor muncul dari kelompok-kelompok touring sepeda motor. Sedangkan di Jakarta, geng motor muncul dari arena balapan liar.
Pada 2009 di wilayah hukum Polda Metro Jaya ada 20 lokasi balapan liar. Kini pada 2012 ada 80 lokasi. Akibat pembiaran yang dilakukan polisi arena balapan liar menyebar ke wilayah pinggiran Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, dan Depok. Balapan liar yang mereka lakukan kerap mengancam keselamatan masyarakat pengguna lalu lintas. Apalagi mereka memiliki lima lokasi favorit yang menantang yakni Warung Buncit dengan tikungan tajam, turunan, dan tanjakan.
Rawapanjang Bekasi jalur
lurus yang penuh truk dan kontainer. Kemayoran jalur panjang dan rata. Klender
jalur sempit dan gelap. Asia Afrika jalur pendek dan ada tikungan tajam di
bundaran.Pondok Indah jalur bergengsi. Tak jarang anak muda dengan usia 14
hingga 22 tahun di lokasi balapan liar ini terkapar di dalam got, nyangkut di
pagar atau masuk ke kolong truk. Meski demikian, tak ada kata jera bagi anggota
geng motor. Bisa jadi,hal ini karena ada adu gengsi uji nyali dan sekaligus
bursa taruhan yang menggiurkan. Di lokasi-lokasi balapan liar taruhannya cukup
mengejutkan yakni antara satu juta hingga lima juta untuk satu track.
Tindakan Konkret
Tindakan Konkret
Berbagai fenomena yang
muncul di seputar arena balapan liar dan geng motor tampak harus segera
dicermati jajaran kepolisian untuk kemudian diambil tindakan konkret. Dalam hal
ini Polda Metro Jaya perlu memaksimalkan peranan polsek dan polres untuk
memberantas geng motor dan balapan liar ini.
Selain melakukan
tindakan tegas, polsek dan polres lewat aparat Babinkamtibmas serta Polmasnya
perlu melakukan pendekatan kepada orang tua yang anaknya terlibat dalam balapan
liar dan geng motor agar ikut mengawasi maupun mengendalikan kebrutalan
anak-anak mereka. Kini sejak Jumat malam polisi bekerja sama dengan TNI aktif
melakukan patroli. Publik tentu berharap patroli pemberantasan geng motor dan
balapan liar yang dilakukan aparat keamanan di Jakarta sekarang ini jangan
hanya “hangat-hangat tahi ayam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar