Sabtu, 31 Maret 2012

KAMPUNG NAGA: KHAZANAH BANGSA INDONESIA

Kampung Naga adalah salah satu kampung adat dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa barat dan secara konsisten masih tetap melestarikan kebudayaan dan adat leluhurnya. Kampung Naga sendiri terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya yang tepatnya berada di antar jalan raya yang menghubungkan antara daerah Garut dengan Tasikmalaya dan berada tepat di sebuah lembah yang subur yang dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray Garut. Jarak dari Kampung Naga ke kota Tasikmalaya sendiri sekitar 30 km. Untuk mencapai Kampung Naga yang penduduknya memeluk agama Islam ini harus melalui medan jalan yang lumayan terjal yakni harus menuruni anak tangga hingga sungai Ciwulan dengan kemiringan tanah sekitar 45 derajat.
Yang membuat Kampung Naga ini unik adalah karena penduduk kampung ini seperti tidak terpengaruh dengan modernitas dan masih tetap memegang teguh adat istiadat yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka. Uniknya lagi, karena areal Kampung Naga yang terbatas hingga tak memungkinkannya lagi mendirikan rumah di kampung itu, banyak penduduk Kampung Naga pada akhirnya menyebar ke berbagai penjuru daerah seperti ke Ciamis dan bahkan Cirebon tapi penduduk yang tak lagi berdiam di Kampung Naga ini tetap saja masih menjunjung tinggi warisan adat budaya leluhurnya. Jika pada hari-hari tertentu Kampung Naga akan diselenggarakan misalnya adat dan upacara sa-Naga yang dipusatkan di Kampung Naga maka penduduk yang tak lagi tinggal di kampung ini pun akan menyempatkan hadir demi ikut berpartisipasi dalam perayaan atau upacara adat tersebut.
Nenek moyang Kampung Naga sendiri konon adalah Eyang Singaparana yang makamnya sendiri terletak di sebuah hutan disebelah barat Kampung Naga. Makam ini dianggap keramat dan selalu diziarahi oleh keturunannya yakni warga Kampung Naga pada saat mereka akan melaksanakan upacara-upacara adat atau yang lainnya. Kepatuhan warga Kampung Naga sendiri dengan tetap menyambangi makam leluhurnya ini sekaligus mempertahankan upacara-upacara adat, termasuk juga pola hidup mereka yang tetap selaras dengan adat leluhurnya seperti dalam hal religi dan upacara, mata pencaharian, pengetahuan, kesenian, bahasa dan sampai kepada peralatan hidup (alat-alat rumah tangga, pertanian dan transfortasi) dan sebagainya dengan dasar karena mereka begitu menghormati budaya dan tata cara leluhurnya. Mereka tetap kukuh dalam memegang teguh falsafah hidup yang diwariskan nenek moyangnya dari generasi ke generasi berikutnya, dengan tetap mempertahankan eksistensi mereka yang khas. Kebiasaan yang dianggap bukan berasal dari nenek moyangnya dianggap tabu untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dianggap sebagai pelanggaran adat yang dapat membahayakan bukan saja bagi si pelanggar, tetapi juga bagi seluruh isi Kampung Naga dan bagi orang-orang sa-Naga
Disamping gaya hidup dan pola kebersamaan mereka yang tak kalah unik dari Kampung Naga adalah struktur bangunan tempat tinggal mereka. Keunikan tersebut tercermin dari bentuk bangunan yang berbeda dari bangunan pada umumnya termasuk letak, arah rumah hingga bahan-bahan yang membentuk rumah itu semuanya selaras dengan alam dan begitu khas. Dengan ketinggian kontur tanah yang berbeda-beda di tiap tempat, maka rumah-rumah di Kampung Naga di buat berundak-undak mengikuti kontur tanah. Deretan rumah yang satu lebih tinggi dari rumah yang lain dengan pembatas sangked-sangked batu yang disusun sedemikian rupa hingga membuat tanah yang di atas meski ada bangunannya tidak mudah longsor ke bawah dan menimpa rumah yang ada di bawahnya. Sekeliling kampung pun dipagari dengan tanaman (pohon bambu) hingga membentuk pagar hidup yang begitu asri.
Dilihat dari bentuk perkampungannya, penduduk Kampung Naga sangat erat kekerabatannya. Hal itu tercermin dari pola rumah yang saling berkelompok dan saling berhadap-hadapan dengan tanah lapang ditengah-tengah sebagai areal bermain anak-anak. Seluruh rumah dan bangunan-bangunan yang ada atapnya memanjang arah barat ke timur, pintu memasuki kampung terletak di sebelah timur, menghadap ke sungai Ciwulan hingga jika dilihat dari ketinggian akan terlihat begitu indah dan mengingatkan kita pada atap-atap rumah di Tiongkok jaman kungfu dulu. Di bagian sebelah barat lapang terdapat bangunan masjid dan pancuran, sejajar dengan masjid terdapat bangunan yang dianggap suci yang dinamakan Bumi Ageung, sebuah bangunan rumah tempat menyimpan barang-barang pusaka serta rumah kuncen (Kepala Adat). Selain itu, terdapat bangunan tempat menyimpan hasil pertanian berupa padi yang disebut leuit
Lebih jauh, menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga kita akan mendapatkan keselarasan antar dua pemimpin dengan tugasnya masing-masing yaitu pemerintahan desa dan pemimpin adat atau yang oleh penduduk Kampung Naga disebut sebagai Kuncen. Peran keduanya saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga Kampung Naga. Pola kepemimpinan seperti ini mengingatkan saya pada pola kepemimpinan ulama dan umarah. Sang kuncen yang meski begitu berkuasa dalam hal adat istiadat jika berhubungan dengan sistem pemerintahan desa maka harus taat dan patuh pada RT atau RK, pun sebaliknya, Pak RT dan Pak RK pun mesti taat pada sang Kuncen apabila berurusan dengan adat istiadat dan kehidupan kerohanian.
Beralih ke sistem kesenian Kampung Naga, kita akan bersitatap dengan berbagai kesenian tradisional yang tetap dilestarikan keasliannya yang antara lain seperti kesenian terbangan, angklung, dan beluk. Kesenian-kesenian ini biasanya akan ditampilkan bilamana warga Kampung Naga sedang melaksanakan berbagai upacara-upacara adat seperti upacara sasih, upacara berziarah ke kubur keramat nenek moyang dan upacara yang berhubungan dengan bulan-bulan suci atau agung dalam Islam, misalnya bulan Muharram, Maulud, hari Raya Idulfitri, dan sebagainya. Meski begitu, kesenian ini pun kerap kali dipentaskan tidak hanya untuk mengiringi upacara-upacara adat tapi juga pada saat hajatan perkawinan dan khitanan sebagi sarana hiburan sekaligus penyemarak pesta.

BANGSA YANG MENYALAHKAN PENDIDIKAN

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Pendidikan diartikan sebagai “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Di bagian terakhir, kita mendapati suatu klausul penting, yakni, “yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Maka, pendidikan secara luhur dapat kita maknai sebagai salah satu instrumen pembangun masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, kita selalu mendapati bangsa-bangsa yang maju saat ini adalah bangsa yang selalu menghargai pendidikan.
Semisal Jepang, ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom, yang pertama kali dibenahi oleh Kaisar Jepang kala itu adalah pendidikan. Atau Malaysia yang ketika awal kemerdekaannya banyak ‘mengimpor’ guru dari Indonesia. Kini, keduanya menjadi Negara yang cukup maju.
Namun, permasalahan yang terjadi di negeri ini adalah kurangnya penghargaan bangsa ini terhadap pendidikan, bahkan seringkali pendidikan dikambinghitamkan dari suatu permasalahan yang ada.
Mungkin sering kita dengar mengenai kelulusan siswa-siswi dalam Ujian Nasional yang dipenuhi dengan kecurangan di sana-sini. Lalu, jika ada yang ketahuan, maka Pemerintah mencelanya sebagai sebuah cela dari pendidikan. Padahal, Pemerintah sendiri tak paham bagaimana Ujian Nasional yang menjadi standarisasi kelulusan peserta didik memiliki berbagai kelemahan.
Lalu, kita juga ingat ketika para media massa menyoroti tawuran yang merebak di kalangan pelajar, dan salah satu wartawan media massa kala itu menjadi sasaran kekerasan dari pelajar karena terus menyoroti sekolah mereka. Waktu itu, media massa seolah sepakat membuat hal ini menjadi sebuah bagian dari proses pendidikan yang salah pada bangsa ini. Seolah pendidikan adalah mesin yang mencetak produk gagal yaitu kekerasan dalam bentuk tawuran, bulliying dan lain sebagainya.
Padahal, media massa tersebut tak paham, bahwa penyebab utama terjadinya kekerasan dari pelajar adalah karena seringnya media massa menampilkan berbagai perilaku kekerasan.
Kemudian, ada juga kisah para mahasiswa yang sering berdemo dan terkadang sering menimbulkan jalanan macet atau bahkan anarkisme. Sebagian dari bangsa ini menilai pendidikan yang didapat para mahasiswa itu menghasilkan para mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis yang berujung pada anarkisme tersebut. Padahal, sejatinya, bangsa ini lah yang jarang sekali mau member ruang untuk pemikiran kritis mereka dan menindaklanjuti pemikiran kritis mereka yang baik.
Saat merebaknya isu terorisme di kalangan pelajar dan mahasiswa, kembali, pendidikan keagamaan dipersalahkan karena tidak mampu membendung perilaku tersebut. Padahal, pendidikan keagamaan tersebut hanya berlangsung kurang lebih dua jam dalam sepekan di sekolah atau sekitar dua sks bagi para mahasiswa. Dengan teknis pengajaran yang hanya menjadikan itu sebagai sebuah pengetahuan yang nantinya akan dinilai tanpa memperhatikan kepribadian peserta didiknya.
Akhir-akhir ini pun, pendidikan lagi-lagi disalahkan. Merebaknya berbagai pengungkapan kasus tindak pidana korupsi juga ikut-ikutan menyalahkan pendidikan sebagai salah satu biang keladi dari permasalahan korupsi yang terjadi di negeri ini. Beberapa tersangka kasus korupsi yang merupakan lulusan yang sama dari sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan juga dikait-kaitkan dengan almamaternya dahulu.
Banyak yang menuduh bahwa Perguruan Tinggi tersebut ikut serta menjadikan para tersangka menjadi koruptor. Pendidikan di Perguruan Tinggi tersebut disalahkan karena beberapa lulusannya menjadi tersangka korupsi. Padahal, jumlah lulusan yang menjadi tersangka tak sebanding dengan lulusannya yang ada puluhan ribu. Lalu, tanpa mengetahui apa yang diajarkan di Perguruan Tinggi tersebut, banyak yang pada akhirnya merasa tahu bahwa pendidikan yang diajarkan di Perguruan Tinggi tersebut adalah pendidikan untuk para koruptor. Sungguh, pemikiran yang tak jernih.
Rasanya, bangsa ini sampai saat ini belum dewasa dalam menghargai pendidikan. Bagaimana mungkin bangsa ini akan maju kalau bangsa ini terus-terusan menyalahkan pendidikan dari berbagai permasalahan yang ada. Padahal harusnya pendidikan lah yang menyelesaikan berbagai permasalah yang terjadi di bangsa ini.
Lalu, jangan jadikan carut-marut bangsa ini menjadi alasan untuk tidak bepikir jernih dan terus-menerus menyalahkan pendidikan. Kini saatnya kita membenahi pendidikan kita jika memang ada yang salah, bukan dengan mencela dan menghinanya. Seolah pendidikan kita adalah barang yang hina. Karena justru hal itulah yang akan menghinakan bangsa ini. Saatnya bangsa ini dewasa dalam menghargai pendidikan mereka.

Kamis, 29 Maret 2012

PERAN SOSIOLOGI DALAM PEMBANGUNAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA

Mengikuti perkembangan dunia secara global peran serta setiap disiplin ilmu untuk turut andil dalam pembangunan kualitas sumber daya masyarakat secara keseluruhan haruslah lebih mengarah kepada suatu perubahan yang lebih baik dan berdasarkan fakta-fakta sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat indonesia.
Peranan ilmu sosiologi dalam pembangunan kualitas sumber daya masyarakat tentunya sangat penting dilihat dari segi pengertian dari sosiologi itu sendiri. dimana fakta-fakta sosial dapat dikumpulkan dengan pemahaman dan juga menguasai ilmu-ilmu pada cabang ilmu sosial. Adapun suatu pengertian dasar dari ilmu tersebut.
Sosiologi merupakan pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakt dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang ilmu, sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Emile Durkheim seorang ilmuwan perancis yang kemudian berhasil melembagakan sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yag tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Dalam buku August Comte yang pertama kalinya berjudul “Cours De Philosophie Positive” pada tahun (1798-1875), terdapat tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan tahap sebelumnya.Tiga tahapan itu adalah :
1.Tahap teologis, adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2.Tahap metafisis, pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena itu adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realits tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3.Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia mulai berfikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.

Guna pembangunan kualitas sumber daya masyarakat untuk meningkatkan produktifitas sumber daya masyarakat itu sendiri diperlukan beberapa pendekatan untuk perkembangan dan peningkatan kualitas mutu sumber daya masyarakat secara menyeluruh. Adapun beberberapa pendekatan yang telah diuraikan oleh para ilmuwan eropa yang merupakan kesimpulan yang di ambil dari tiga tahapan yang dirintis oleh Comte pada bukunya. 
v  Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Pendekatan seperti ini dapat diterapkan dalam meningkatkan kualitas masyarakat untuk saling berkerja sama dalam kehidupan berorganisasi. 
v  Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang mengaanggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Dengan pendekatan seperti dapat dijadikan suatu strategi untuk menjadikan motivasi terhadap masyarakat untuk bersaing dan perbedaan status sosial menjadi suatu pemicu semangat terhadap perkembangan kualitas pribadi. 
v  Emile durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelurusi fingsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. Pendekatan yang dikenalkan oleh emile durkheim dapat menjadi pembatas dan menciptakan keteraturan dalam hidup bermasayarakat dengan sistem yang teratur dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat.
v  Max weber memperkenalkan pendekatan verstehen(pemahaman) yang berupaya menelusri nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap menjadi penuntun perilaku manusia. Dengan pendekatan ini jelas bahwa nilai, kepercayaan dan sikap masyarakat akan menenentukan kualitas sumber daya masyarakat maka dari itu diperlukan suatu upaya untuk membatasinya agar tetap didalam batas normal.
Dalam pembangunan kualitas sumber daya masyarakat indonesia tentunya tidak luput dari fakta sosial, tindakan sosial, Khayalan sosilogis, dan realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat indonesia secara umum ataupun khusus untuk membuat suatu pemecahan terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kualitas sumber daya masyarakat. Perubahan masyarakat dapat dipelajari muali dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasrkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
Dengan adanya suatu research mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang terjadi dimasyarakat melalui pendekatan-pendekatan sosial maka akan terlihat perubahan pada masyarakat secara keseluruhan guna mengetahui aspek-aspek sosiologis pada masyarakat akan bisa menjadi suatu pemecahan terhadap penghambat pembangunan kualitas sumber daya masyarakat indonesia.
Maka dari itu untuk melakukan researh terhadap fakta-fakta sosial di butuhkan pemahaman terhadap ilmu sosiologi guna meningkatkan pembangunan kualitas masyarakat indonesia.

IDOLA TURUNAN VS IDOLA UTAMA

Demam K-Pop mewabah di seantero dunia, termasuk Indonesia. Jutaan remaja putri, bahkan putra, menggilainya dan menghabiskan sebagian besar waktu serta ruang pikirnya untuk mengikuti perkembangan terbaru dari arus kebudayaan pop korea tersebut. Mulai dari menonton drama di TV dan DVD, mendownload lagu boyband dan girlband di internet, mengikuti gaya berpakaiannya, hingga (yang sedikit lebih intelek) membaca buku tentang artis idola mereka. Dari keseluruhan arus itu, para remaja (khususnya remaja putri) biasanya memilih satu atau lebih artis yang mereka paling ikuti perkembangannya. Kita biasanya menyebutnya sebagai idola.
Jauh sebelum itu, para remaja putra sudah terlebih dahulu menjadikan atlet sebagai idola, khususnya atlet sepakbola. Mereka adalah sosok yang biasanya mengisi tembok kamar, tontonan malam yang membuat begadang, bahan utama dalam obrolan, situs pertama yang dibuka saat online, hingga minat utama yang mengisi lebih dari separuh ruang pikir. Ya! Bagi para remaja itu mereka adalah idola. Meskipun ketika ditanya apa saja yang dapat mereka ambil dari idola mereka tersebut? Mungkin tak banyak jawaban yang akan hadir. Bahkan mungkin, jawabannya begitu simpel: hanya sekadar suka saja. Tak lebih.
Industri Para Idola
Arus modernitas yang berasal dari barat itu membawa banyak hal. Salah satunya adalah industrialisasi. Sebuh proses produksi dengan prinsip efisiensi yang ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini membuat jumlah produksi semakin banyak dengan jangka waktu yang semakin cepat. Industrialisasi ini menyebar ke berbagai sektor kehidupan, termasuk di sektor-sektor yang banyak memproduksi para idola, seperti seni dan olahraga. Istilah memproduksi saya gunakan karena para idola itu sebenarnya tidak bisa menjadi idola tanpa adanya dukungan lingkungan terhadapnya. Dahulu kala, bentuk dukungan itu disampaikan secara konvensional lewat lisan dan tulisan. Namun kini, dengan bantuan media massa yang audio-visual, ruang untuk menjadi idola itu pun semakin terbuka terbuka. Siapa saja bisa menjadi idola, tentunya dengan kriteria yang ditetapkan oleh produsen para idola. Produsen itu tentu saja para pemilik modal. Mereka yang sebenarnya menjadikan para idola ini sebagai salah satu komoditas bisnis mereka dan agen promosi kriteria modern seorang idola.
Artinya, selain mendapat keuntungan, mereka pun, secara langsung maupun tidak, mempromosikan kepada masyarakat umum yang di Indonesia mayoritasnya muslim bahwa begini loh sebenarnya yang disebut idola. Mereka harus berpenampilan menarik (baca: memamerkan aurat), pandai berbicara di depan umum (walau seringkali pembicaraannya tak bermutu), jago bermain sepakbola (walau berzina adalah kesehariannya). Masyarakat kita dipaksa untuk mengidolai sosok yang sebenarnya hanya sedikit dari karakter dirinya yang pantas untuk ditiru.
Benarkah Kita Mengidolakan Rasulullah saw?
Meskipun industri para idola terus melaju, tak sedikit pihak yang melakukan perlawanan atas arus tersebut. Artinya, tidak semua orang mau begitu saja menerima apa yang disuguhkan oleh media massa dan perangkat-perangkat pendukung industri idola lainnya. Salah satu pihak yang melakukan perlawanan tersebut adalah kalangan santri, khususnya di perkotaan yang merasakan arus ini lebih deras dibanding di pedesaan. Masalahnya, santri perkotaan ini biasanya adalah remaja-remaja yang baru saja tercelup oleh nilai-nilai Islam. Mereka hanya mendapatkan pemahaman Islam lewat halaqoh pekanan, kajian-kajian keilmuan, maupun bacaan dari buku maupun internet. Yang baru tumbuh dengan baik adalah komitmen mereka untuk terus mempelajari Islam sambil mempraktekkan dan mendakwahkannya secara bertahap.
Masalah ini berdampak pada keber-Islam-an mereka yang biasanya masih bersifat simbolik. Salah satu bentuknya adalah ketika mereka ditanyakan siapa idola mereka, misalnya dalam acara perkenalan maupun dalam biodata mereka. Biasanya mereka akan mengatakan maupun menuliskan: Rasulullah saw, nabi terakhir yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Syariat-Nya di dunia dan memang diakui sebagai manusia terbaik, bahkan oleh kalangan non-muslim seperti Michael Hart. Akan tetapi, ketika coba ditanya. Sudahkah membaca sirah nabawiyah? Seberapa seringkah membaca dan mengkaji hadis beliau? Berapakah sunnah beliau yang sudah dipraktekkan? Sebelum mendengar jawabannya, bersiaplah untuk kecewa.
Bahkan mungkin saja, mereka yang mengaku anak rohis atau aktivis dakwah itu pun juga mengidolakan artis korea atau atlet sepakbola. Meski mereka tidak mengakuinya, tetapi jika ternyata ruang pikir mereka lebih banyak untuk itu, apa mau dikata, fakta yang berbicara. Agak miris ketika ada yang mengaku mengidolakan Rasulullah saw, tetapi lebih mudah terbangun di malam hari karena pertandingan Barcelona vs Real Madrid, daripada karena ingin sholat malam.
Jebakan Penghambaan Idola
Salah satu jebakan yang harus diwaspadai dalam relasi antara idola dan penggemar adalah jebakan penghambaan. Istilah penghambaan mungkin terdengar agak berlebihan bagi sebagian orang, tetapi jika para penggemar telah sampai pada tahap mau melakukan apa saja demi idola mereka hingga melewati logika rasional dan koridor Syariat Islam, di sanalah letak jebakan penghambaan itu. Prinsip asasi pertama dalam ajaran Islam adalah agar setiap manusia hanya menghambakan dirinya pada Allah SWT saja.
Lalu bagaimana agar kita terhindar dari jebakan penghambaan kepada selain Allah SWT? Itulah mengapa ada prinsip asasi kedua, yakni agar setiap manusia mengikuti tata cara penghambaan kepada Allah SWT dari Rasulullah saw. Manusia terbaik yang ma’sum atau dijamin pasti benar semua perkataan dan perbuatannya. Hal ini membuat beliau adalah satu-satunya manusia yang paling aman untuk dijadikan idola. Karena tidak ada satu pun bagian dari karakter dirinya yang mengandung jebakan untuk pengambaan lain selain Allah SWT. Semuanya baik, semuanya benar. Adakah yang lebih aman dan lebih pantas untuk diidolakan selain beliau.
Namun, yang perlu digarisbawahi, kedua prinsip asasi tersebut fungsinya adalah sebagai landasan dan koridor. Jadi, kedua prinsip asasi ini sebenarnya tidak melarang kita untuk mengidolakan sosok lain. Asal kriteria idola kita tersebut adalah sosok yang cukup aman dan patut ditiru, serta tidak keluar dari koridor syariat. Tentu saja, hal ini membawa konsekuensi bahwa pengidolaan kita terhadap sosok lain haruslah merupakan turunan atas pengidolaan kita terhadap Rasulullah saw.
Maka pertanyaan reflektifnya begini: Siapa yang seharusnya lebih banyak mengisi ruang pikir kita? Menjadi acuan bertindak kita? Menjadi minat utama dan obrolan keseharian kita? Idola Turunan atau Idola Utama?

CITA-CITA MULIA

Sukses sebagai proses menuju cita-cita mulia mensyaratkan pentingnya kita memiliki cita-cita mulia terlebih dahulu. Sebab tanpa cita-cita mulia tak ada perjalanan menuju cita-cita mulia. Lalu masalahnya, seperti apa cita-cita mulia itu? Apa saja kriteria cita-cita yang mulia?
Kemuliaan bukanlah berdasarkan perasaan subyektif manusia, tapi ia diukur berdasarkan kebenaran universal yang ada di dunia ini. Kebenaran universal adalah satu-satunya kebenaran yang sejati di dunia ini. Ia adalah kebenaran yang bersumber pada empat hal, yaitu : agama, hati nurani, akal sehat dan ilmu pengetahuan. Kesesuaian antara empat hal itulah yang disebut kebenaran universal. Jika keempat hal tersebut saling bertolak belakang maka agama menjadi batu uji terakhir untuk menentukan kebenaran universal. Nilai-nilai seperti persamaan, kemerdekaan, kejujuran, kesetiaan, kasih sayang, keindahan, ketenteraman, keadilan dan keterbukaan adalah contoh dari kebenaran universal yang sesuai dengan hati nurani, agama, akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Kebenaran universal bukanlah berdasarkan budaya masyarakat atau perasaan seseorang. Budaya dan perasaan bersifat subyektif, nisbi bahkan seringkali tak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya. Kita tak dapat berpegang pada kebenaran berdasarkan budaya dan perasaan sebab hal itu dapat menjerumuskan kita pada perbedaan dan perselisihan tanpa henti. Kebenaran universal yang dapat menyatukan kita pada cita-cita yang sama. Ia merupakan ikatan yang menyatukan peradaban manusia selama-lamanya.
Sukses Anda tergantung dari keserasian cita-cita Anda dengan kebenaran universal. Selama cita-cita Anda tidak bertentangan dengan kebenaran universal, maka hal itu bisa disebut sebagai cita-cita yang mulia. Namun jika cita-cita yang Anda canangkan bertentangan dengan kebenaran universal; atau Anda sekedar menuruti hawa nafsu dan budaya setempat dalam membuat cita-cita Anda, berarti cita-cita Anda bukanlah cita-cita mulia. Jadi kata kuncinya terletak dari sejauh mana keserasian antara cita-cita Anda dengan kebenaran universal.
Jika ingin diteliti lebih lanjut, cita-cita mulia adalah cita-cita yang sesuai dengan kriteria berikut :
1.      Tidak merugikan diri sendiri
Cita-cita mulia tidak boleh merugikan diri sendiri. Tidak boleh merusak empat dimensi yang berada pada diri manusia, yaitu akal, perasaan, hati nurani dan tubuh
manusia. Bukan merupakan cita-cita yang mulia jika Anda mengejar sebuah keinginan yang merusak keempat dimensi tersebut. Misalnya, bercita-cita untuk menjadi
penulis film cabul, bekerja di bisnis judi, atau menjadi stuntman (pemeran pengganti untuk adegan-adegan berbahaya). Namun tidak termasuk merusak diri sendiri
jika Anda mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekali pun, untuk memperoleh cita-cita mulia seperti yang dicontohkan para nabi dan para
pahlawan.
2.      Tidak merugikan keluarga
Cita-cita mulia juga tidak boleh mengorbankan keharmonisan keluarga. Misalnya, jangan gara-gara mengejar ambisi untuk menjadi hartawan atau politikus terkenal,
Anda kemudian sering meninggalkan keluarga, sehingga akhirnya keluarga menjadi berantakan dan tidak harmonis.
3.      Tidak merugikan masyarakat
Cita-cita mulia juga tidak boleh merugikan masyarakat, baik itu orang dekat yang kita kenal maupun orang jauh yang tidak kita kenal. Bercita-cita menjadi penyanyi
dengan goyangan sensual atau menjadi pengusaha judi merupakan cita-cita yang tidak mulia karena merugikan masyarakat.
4.      Tidak merugikan lingkungan alam
Bukan merupakan cita-cita mulia jika lingkungan alam rusak karena mengejar cita-cita tersebut. Merusak lingkungan alam dapat berupa merusak tumbuh-tumbuhan, menyakiti binatang, merusak ekosistem, atau membuat polusi dan limbah.
5.      Tidak merugikan generasi pelanjut 
Cita-cita mulia juga tidak boleh merugikan generasi pelanjut, seperti merusak masa depan anak-anak dan pemuda. Cita-cita menjadi games programer untuk mainan anak-anak yang tidak mendidik, menjadi penyalur film porno atau menjadi bandar narkoba adalah contoh jelas dari sebuah cita-cita yang tidak mulia karena merusak generasi pelanjut.

Jadi jika ingin sukses, Anda perlu memiliki cita-cita yang mulia terlebih dahulu. Contoh cita-cita mulia itu banyak sekali, seperti menjadi penulis novel, pengusaha garmen, dosen, guru, da’i, olahragawan, penyanyi, dan lain-lain, asalkan semua itu tidak bertentangan dengan kriteria di atas. Tanpa adanya cita-cita (tujuan) yang mulia tidak mungkin Anda memperoleh kesuksesan sejati. 

PROSES YANG KONSISTEN MENUJU CITA-CITA

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar…” (QS. 46 : 35)
Sukses juga berarti perjalanan menuju cita-cita mulia. Tidak peduli apakah Anda berhasil meraih cita-cita itu atau tidak. Selama Anda konsisten berada di jalan menuju cita-cita mulia berarti Anda telah sukses dalam pengertian sebenarnya.
Apakah Anda tahu kisah hidup Nabi Nuh, Nabi Ayub, Nabi Zakaria atau Nabi Isa? Mereka adalah sebagian dari nabi yang lebih banyak hidup menderita di dunia. Mereka dicerca, dikucilkan, ditimpa berbagai musibah dan kesulitan. Bahkan Nabi Zakaria tewas dibunuh oleh orang-orang yang membencinya. Apakah Anda berani mengatakan mereka sebagai orang yang gagal dalam hidup? Tentu tidak. Sebab jika mereka orang yang gagal, tidak mungkin Tuhan memuji dan mengangkat mereka sebagai Nabi. Predikat Nabi yang disandangkan kepada mereka sudah menunjukkan kesuksesan mereka dalam hidup.
Apa sebabnya Tuhan mengangkat mereka sebagai orang yang mulia dan sukses di dunia padahal riwayat hidup mereka lebih banyak berisi kesulitan dan penderitaan? Kuncinya terletak pada konsistensi mereka untuk berjalan menuju cita-cita mulia, walau berbagai hambatan dan cobaan menghadang perjalanan mereka.
Seluruh Nabi mempunyai cita-cita agar manusia kembali kepada Tuhan dan saling berkasih sayang satu sama lain. Cita-cita tersebut mereka perjuangkan dengan sungguh-sungguh sepanjang hidup. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan jiwa mereka untuk merealisir cita-cita tersebut. Tuhan memuji konsistensi mereka dalam memperjuangkan cita-cita yang mulia. Tuhan menghendaki agar mereka dijadikan contoh bagi manusia lainnya dalam memperoleh kesuksesan. Mereka adalah orang-orang sukses karena konsistensinya dalam memperjuangkan cita-cita yang mulia.
Ali Syari’ati pernah mengajukan pertanyaan : Menurut Anda apakah orang yang mati dibunuh karena membela seekor kuda yang disiksa majikannya dapat dikatakan sebagai orang yang mati sia-sia dan konyol? Syari’ati menjawab : Tidak! Orang tersebut justru mati sebagai pahlawan karena menentang tindakan sewenang-wenang (terhadap binatang). Ia menjadi orang sukses karena sungguh-sungguh membela kebenaran, walau terhadap binatang sekali pun.
Sukses sebagai proses yang konsisten menuju cita-cita mulia adalah jalan para pahlawan yang kita kagumi sepanjang sejarah peradaban manusia. Jalan Umar bin Khatab dan Ali bin Abu Tholib yang meninggal karena dibunuh. Jalan Imam Hambali dan Ibnu Taimiyah (yang dicerca dan dikucilkan penguasa). Jalan Sholahuddin Al Ayyubi dan Omar Mukhtar yang menghabiskan usianya untuk berperang melawan penjajah. Jalan Hasan Al Banna dan Sayyid Quthb yang dibunuh penguasa. Juga jalan Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Abraham Lincoln, Nelson Mandela, Jendral Soedirman dan masih banyak lagi nama lainnya yang hidupnya lebih banyak menderita karena memperjuangkan cita-cita mulia. Mereka adalah orang-orang besar yang dikagumi sepanjang sejarah. Orang mengakui kesuksesan hidup mereka karena konsistensinya memperjuangkan cita-cita mulia.
Jadi, jika Anda ingin sukses jadilah orang-orang yang konsisten memperjuangkan cita-cita mulia. Tak peduli apakah Anda berhasil mewujudkan cita-cita tersebut atau tidak, Anda tetap dikatakan sebagai orang yang sukses. Selama Anda terus berada dalam proses menuju cita-cita mulia berarti Anda tetap sukses, walau mungkin menghadapi kesulitan, penderitaan, cobaan dan bahaya dalam mewujudkan cita-cita itu. Milikilah keyakinan ini. Keyakinan yang juga dimiliki para nabi dan rasul, para pahlawan, dan orang-orang besar sepanjang sejarah manusia. Mereka yakin jalan hidup mereka adalah jalan kesuksesan dan mereka rela mengorbankan tenaga, pikiran, waktu dan nyawa mereka untuk memperolehnya. Dunia pun mengakui kesuksesan hidup mereka.
Sayangnya orang-orang sukses yang konsisten memperjuangkan cita-cita mulia semakin langka di zaman sekarang. Tergerus oleh pengertian sukses sebagai kekayaan, ketenaran dan jabatan yang tinggi. Justru orang yang rela mengorbankan harta dan nyawanya demi membela kebenaran sering dianggap sebagai orang yang konyol dan berpikiran sempit saat ini. Mereka dijauhi masyarakat karena dianggap sok pahlawan dan sok suci.Sebaliknya, orang-orang yang plin-plan dan tidak punya pendirian, bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan, ketenaran dan jabatan yang tinggi dianggap sebagai orang yang sukses. Inilah logika terbalik tentang kesuksesan. Jangan heran jika saat ini kita sulit menemukan para pahlawan yang sukses karena konsisten memperjuangkan cita-cita mulia.
Jika Anda memandang kesuksesan sebagai proses yang konsisten menuju cita-cita mulia, maka Anda akan lebih mudah memperoleh kesuksesan. Hari ini pun Anda bisa sukses jika mulai hari ini Anda bertekad memperjuangkan cita-cita mulia. Bahkan Anda telah memperoleh kesuksesan tanpa henti, walau hari ini Anda berada dalam kesulitan dan musibah, asalkan tetap konsisten memperjuangkan cita-cita mulia. Inilah salah satu rahasia kesuksesan yang mudah diraih jika Anda mau melakukannya.

KEKUATAN "MAN JADDA WAJADA"

“Man Jadda Wajada.” Ini bukan ramalan sihir ataupun rumus mantra pengasihan. Kalimat berbahasa Arab ini artinya kurang lebih adalah siapa yang bersungguh-sungguh maka dia pasti berhasil. Siapa pun yang menerapkan rumus tersebut, bisa dipastikan akan mencapai tujuannya dengan gemilang. Siapa pun di sini bisa saja orang kafir atau bahkan orang yang beriman. Rumus ini tidak pandang bulu dan tidak hanya diperuntukkan bagi orang mukmin saja.

Rumus Man Jadda Wajada ini selaras dengan Maha Pengasih-nya Allah yang memberi rezeki kepada semua makhluk tidak peduli ia kafir atau beriman. Ambil sebagai contoh Bill Gates. Meskipun kafir, tapi ia bersungguh-sungguh di bidang computer sehingga jadilah ia orang yang kaya raya dari bisnis computer sebagai penemu Microsoft. Lalu ada juga Hugh Hefner pendiri majalah porno Playboy, Madonna yang artis seronok, JK Rowling si pengarang Harry Potter, Oprah Winfrey si pembawa acara terkenal dan masih banyak lagi yang lainnya sukses karena mereka bersungguh-sungguh di bidangnya. 
Itu sebagian nama dari orang sukses di luar negeri. Dari dalam negeri mulai dari Inul dengan goyang ngebornya, Trio Macan yang erotis, Tukul Arwana, hingga Ustadz Yusuf Mansur dengan konsep sodaqohnya, Jefrey Al-Bukhori, Aa Gym, dll adalah sedikit nama yang telah mendulang keberhasilan di dunianya masing-masing.
Ya, memang tidak semua keberhasilan mereka patut ditiru. Sebagian mereka hanya mengejar keberhasilan di dunia tapi menginjak-injak moral. Orang kafir saja bisa mendulang sukses bila dia berusaha sungguh-sungguh, apalagi kita sebagai orang yang beriman, tentunya harus lebih baik lagi
See, ternyata semua bisa sukses tanpa memandang apakah itu aktivitas haram semisal goyang ngebor dan mendirikan majalah porno, ataukah aktivitas kebaikan semisal menjadi dai tersohor. Di sini berlaku hukum alam atau sunnatullah bahwa siapa pun yang berusaha maksimal maka ia akan menuai hasilnya. Halal dan haram itu tergantung pilihan manusianya. Pilihan ini mengandung resiko masing-masing yang itu semua ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. 
Nah, orang kafir saja bisa mendulang sukses bila dia berusaha sungguh-sungguh, apalagi kita sebagai orang yang beriman, tentunya harus lebih baik lagi donk. Usaha yang kita lakukan bukan melulu usaha yang mengejar kesuksesan dunia saja sebagaimana orang kafir itu. Usaha orang yang beriman itu orientasinya melesat hingga jauh ke depan yaitu sebagai bekal di akhirat kelak. Jadi ikhtiar atau usahanya harus jauh lebih maksimal daripada orang-orang kafir itu. Tambahan lagi, bidang yang digeluti oleh orang-orang beriman sudah pasti bidang yang halal bukan bidang maksiat sebagaimana yang dilakukan Om Hugh Hafner, Madonna, dan si Inul.
Most of all alias di atas itu semua, kita sebagai orang yang beriman punya Allah yang Mahamemiliki seluruh langit dan bumi. Allah itu Mahakaya jadi jangan pernah takut miskin dan gagal. Jangan pernah takut mencoba karena backing kita adalah Yang Maha segalanya. 
Kamu yang ingin jadi ilmuwan bertakwa selevel Ibnu Sina yang ahli kedokteran plus juga hafizh Qur’an, atau kamu yang ingin jadi pengusaha muslim sukses, ingin jadi penulis hebat nyaingin JK Rowling, jadi ahli computer melebihi Bill Gates, semua itu pasti bisa kamu capai, insya Allah. Intinya bersungguh-sungguhlah kamu mulai sekarang, detik ini untuk meraih semua cita-citamu yang mulia itu. Dengan izin Allah, tak ada yang tak mungkin dalam kehidupan kaum mukminin itu. So, berjuang mulai sekarang ya. Yihaa….bismillah, dengan kekuatan usaha dan doa, Man Jadda Wajada pasti bisa terwujud. Selamat meraih cita-cita.

SUKSES IALAH HAK SEMUA: JANGAN PERNAH PUTUS ASA !!!

Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa.

Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini panduan ini tidak sempurna.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakat pun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusan pun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikan pun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”
Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk ke sekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dengan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bang­kit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda.
Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab, ”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tunanetra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua or­ang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi Presiden, dan tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.
”Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil,” Dr. Napoleon Hill.

ANWAR IBRAHIM DIIBARATKAN YUDHISTIRA

Dewan Direktur  Center for Information and Development Studies (CIDES) Rohmad Hadiwijoyo mengibaratkan perjuangan politik mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim seperti Yudhistira.

Rohmah mengibaratkan Anwar seperti Yudistira setelah melihat perjuangan politik Anwar Ibrahim menegakkan keadilan dan kebenaran di negeri serumpun Malaysia.

Yudistira adalah sosok pemimpin yang jujur, cendekiawan yang rendah hati, dan pengamal kebenaran yang konsisten. Rakyat menjadikan dirinya teladan dan panutan dan menobatkannya sebagai pemimpin masa depan yang membawa Hastina pada kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan.

Selasa, 27 Maret 2012

DEMONSTRASI BUKAN AKTIVITAS YANG SIA-SIA, MESKI BBM TETAP NAIK !!!

Menarik ketika membaca berita di salah satu media online yang memuat pernyataan salah satu politisi dari partai politik yang mendukung kenaikan harga BBM pada 1 April 2012 mendatang. Beliau mengatakan bahwa walau demo terus berlangsung pemerintah terus mendesak DPR untuk menyetujui kenaikan harga BBM yang diajukan menjadi Rp 6.000 per liter untuk Premium dan Solar. Ini berarti bahwa walau didemo, harga BBM tetap naik! 
Persoalan akan kenaikan harga BBM ini sebenarnya bukan hal yang baru, wacana pembatasan konsumsi BBM subsidi ini sudah bergulir sejak 2010. Namun, program ini berkali-kali gagal dilaksanakan. Terakhir, pembatasan akan dilaksanakan pada November 2011 kembali diundur hingga April mendatang. 
Dan rupanya, tanggal 01 April 2012 merupakan waktu yang sepertinya tidak akan mundur lagi. Pemerintah telah memastikan bahwa harga BBM akan resmi di naikan pada tanggal tersebut. Sekali lagi, meskipun demonstrasi terjadi dimana-mana!
Bagi sebagian orang, mungkin ada yang bersungut “ngapain demo-demo tolak kenaikan harga BBM, toh tetap akan naik juga, memang nya dengan demo bisa mencegah naiknya harga BBM?”
Bagi orang-orang yang sudah pasrah akan fakta yang ada mungkin akan berfikir demikian, namun tidak bagi orang-orang memandang bahwa kenaikan harga BBM tersebut merupakan sebuah kedzaliman yang harus disuarakan secara lantang, agar umat sadar dan kemudian mereka faham akan fakta yang sebenar-benarnya terjadi.
Jika dengan adanya aksi demo penolakan aksi kenaikan (lagi) harga BBM tetap pemerintah naikan, hal tersebut tidaklah membuat aksi yang dilakukan bernilai sia-sia di hadapan Allah swt. karena aksi yang dilakukan tersebut bukan hanya untuk menunjukan kepada umat akan fakta kebohongan, kedzaliman dan pengkhianatan penguasa terhadap rakyat, khususnya kepada mereka-mereka yang telah memilih mereka, dan seluruh rakyat Indonesia umum nya!
Namun aktivitas tersebut adalah aktivitas yang lahir dari keimanan kepada Allah swt dan Rasul Nya, sikap dari sebuah konsekuensi untuk menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan Nya, dan salah satu kewajiban tersebut adalah melakukan aktivitas muhasab lil hukam atau mengoreksi penguasa.
Dimana sikap pengabaian terhadap pelanggaran hukum-hukum syariah Islam tidak boleh di biarkan. Sebuah kewajiban untuk melakukan aktivitas muhasabah lil hukam atau mengoreksi penguasa yang telah berbuat dzalim terhadap rakyatnya.
Dulu ketika PEMILU dan PILPRES para pemimpin negeri ini berjanji akan memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat, namun fakta nya, ketika berkuasa malah membuat kebijakan yang mendzalimi dan membuat rakyat semakin menderita, mana keadilan dan kesejahteraan yang pernah dikoar-koar kan???!
Apakah kekuasaan telah membuat para penguasa di negeri ini menjadi BUTA, TULI, dan BISU sehingga tidak bisa melihat, mendengar terhadap penderitaan dan rakyat yang mengeluh akan kebijakan dzalim! apakah ayat-ayat Allah serta hadist Rasulullah sudah diabaikan!
Padahal Allah swt telah berfirman : " .....dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakanya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” [TQS: Al-Araf : 179).

One Asia Foundation: Membangun Regionalisme Asia sebagai Poros Ekonomi Dunia

Globalisasi merupakan suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.
Menurut Setiadi (2011:686) globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek kehidupan yakni politik, ekonomi, dan budaya. Yang menjadi dasar dari gejala globalisasi yaitu tidak ada satu negara pun di dunia ini yang mampu mencukupi kebutuhannya  sendiri. Demikian halnya dengan Asia, negara-negara Asia semakin penting bagi satu sama lain dan bagi dunia. Output Asia saat ini secara kasar setara dengan output dari negara-negara Eropa atau Amerika Utara, dan mungkin saja 50 persen lebih besar pada tahun 2020 (dari segi paritas daya beli).
Melihat kegagalan AS dan Eropa sebagai “poros ekonomi dunia” akibat ulahnya sendiri, saatnya Asia mengambil peran tersebut. Inilah momentum terbaik kebangkitan perekonomian Asia. Negara-negara Asia yang ekonominya berkembang pesat, seperti China, India, Korea Selatan dan Indonesia, mempunyai potensi besar memujudkan hal tersebut. Tantangan bagi Asia yang kian makmur dan kian saling tergantung adalah memperkuat dan menyebarkan manfaat dari kerja sama regional, sambil memainkan peran yang penting dan konstruktif dalam kepemimpinan ekonomi global. Begitu negara-negara Asia itu tumbuh semakin besar dan kompleks, mereka juga menjadi lebih terintegrasi melalui perdagangan, arus keuangan, investasi langsung, dan bentuk-bentuk lain dari pertukaran ekonomi dan sosial.
Perdagangan di antara negara-negara Asia sama besarnya dengan perdagangan Asia dengan Eropa dan Amerika Utara dalam kawasan masing-masing. Kajian ini menemukan bahwa enam ukuran saling-ketergantungan dari 16 negara utama di Asia telah meningkat secara nyata sejak krisis keuangan tahun 1997-1998. Berbagai kesepakatan menunjukan bahwa para pemimpin di kawasan ini menyambut baik menempatkan hubungan dan kerja sama regional pada prioritas teratas.

Gagasan Regionalisme Asia
Kemana pasar mengarah, pemerintah mengikuti. Krisis yang terjadi tahun 1997-1998 menggarisbawahi integrasi Asia dan adanya kepentingan bersama, serta membuka kelemahan arsitektur kebijakan global. Hal tersebut memberi momentum kebangkitan regionalisme Asia dan mengarah kepada inisiatif-inisiatif besar antar-pemerintah. Tetapi kerja sama antar pemerintah Asia masih akan berkembang. Pada akhirnya, institusi-institusi Asia nantinya perlu mengatasi sejumlah permasalahan yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh pasar.
Tantangan-tantangan mencakup penyediaan barang-barang publik regional, pengelolaan dampak lanjutan di antara negara-negara, penggunaan pengaruh Asia di forum-forum ekonomi global, liberalisasi perdagangan dan investasi, serta dukungan untuk menyempurnakan kebijakan nasional yang merupakan taruhan penting bagi kawasan ini. Kerja sama regional seharusnya tidak dijadikan sebagai tujuan bagi kepentingannya sendiri, tetapi pada bidang ini dan bidang-bidang lain kerja sama regional bisa menjadi alat yang sangat kuat, dan bahkan sangat penting, untuk menangani konsekuensi saling ketergantungan.
Regionalisme Asia yang dinamis dan berorientasi keluar, sejalan dengan keragaman kawasan dan sadar akan peluangnya di pasar terbuka global, akan membantu menstabilkan dan memperkuat ekonomi dunia. Perkembangan seperti ini menjadi kepentingan semua orang. Saat ini, tiket Asia menjadi “poros ekonomi dunia” dan menggeser peran AS dan Eropa sangat terbuka. Bahkan menurut Mahbubani (2011:61) China sudah bisa menjadi pusat kekuatan (power house) ekonomi dunia yang mampu mendorong ke arah pemulihan ekonomi global. Tinggal dibutuhkan kesadaran, komitmen, dan kerja sama antar negara Asia untuk mewujudkan ikrar merdu tersebut.
Membangun Integrasi Produksi Asia
Hubungan-hubungan perdagangan dan investasi Asia sudah maju, dan integrasi produksi regional menjadi penting bagi kepemimpinan Asia dalam industri pabrikan global. Dengan terbaginya rantai produksi menjadi tahapan-tahapan yang lebih kecil, dan tiap tahapan diproduksi di lokasi yang paling menghemat biaya, saling keterhubungan Asia telah menjadi aset utama dalam menarik investasi dan produksi global. Asia diberkahi beberapa keuntungan produksi utama, angkatan kerja yang besar dan beragam, sumber daya yang melimpah, kemajuan teknologi dan dapat menggabungkannya secara efisien karena rendahnya hambatan perdagangan dan hubungan transportasi dan komunikasi yang berkembang baik. Perdagangan di dalam kawasan Asia telah meningkat secara tajam, dan perdagangan suku cadang dan komponen memainkan peran yang cukup besar.
Republik Rakyat China (RRC) seringkali menjadi pusat jaringan produksi tersebut, tetapi sebagian besar ekonomi regional berpartisipasi di dalamnya. Sistem produksi Asia yang efsien juga sangat terkait dengan perekonomian global; pangsa besar dari ekspor barang-barang jadi di kawasan ini akhirnya ditujukan bagi pasar-pasar Eropa dan Amerika Utara.
Kemajuan dan Peluang Asia
Pembangunan Asia memiliki dampak positif yang luas terhadap kehidupan masyarakat. Bahkan sebagian besar negara Asia telah membuat kemajuan yang luar biasa dalam mengurangi kemiskinan. Perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik dimulai dengan menciptakan pekerjaan dengan produktivitas tinggi. Pemerintah perlu menghubungkan masyarakat miskin dengan ekonomi regional yang sedang tumbuh, dengan menghilangkan hambatan pasar kerja, berinvestasi meningkatkan kemampuan para pekerja, dan membangun infrastruktur untuk menghubungkan daerah yang tidak beruntung dengan pusat-pusat ekonomi.
Kerja sama regional juga tak kalah pentingnya untuk mengatasi sejumlah ancaman, termasuk epidemi, bencana alam dan penurunan kualitas lingkungan. Asia yang berpenduduk padat dan sangat terintegrasi membutuhkan sistem kelas-dunia untuk memantau, mencegah dan (jika perlu) membendung epidemi. Dalam hal ini perlu kerja sama untuk merespon bencana alam dengan lebih cepat, lebih efektif dan tidak mahal. Dan perlu dilakukan upaya bersama regional untuk mengendalikan sejumlah masalah lingkungan yang muncul sebagai akibat pembangunan yang pesat.
Menciptakan Arsitektur bagi Kerja Sama Asia
Kebutuhan akan kerja sama regional di Asia yang lebih besar adalah luas, dalam dan kuat. Arsitektur kerja sama kawasan saat ini mencakup banyak forum, dari kerja sama subkawasan hingga kerja sama antar kawasan. Forum-forum ini menawarkan kemampuan untuk mengatasi isu-isu bervariasi dari kerja sama teknis (misalnya, dalam proyek-proyek infrastruktur) sampai kesepakatan global yang luas dan inter regional (misalnya, di bidang teknologi). Upaya-upaya ini sering berpusat pada Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), yang memiliki sejarah panjang tentang dan kerangka kerja yang maju bagi kerja sama regional. Secara bersamaan, forum-forum ini menawarkan arsitektur dengan berbagai jalur dan berbagai kecepatan yang sangat sepadan dengan banyaknya tantangan dan keragaman yang luas di kawasan ini. Arsitektur ini juga menciptakan persaingan sehat di antara forum untuk menunjukkan efektivitas mereka.
Terlalu dini mempertimbangkan penugasan yang tegas dari fungsi kelembagaan bagi forum-forum ini dalam arsitektur semacam ini masing-masing mempunyai bidang keunggulan komparatif yang berbeda. Namun ASEAN+3 (termasuk RRC, Jepang, dan Republik Korea) muncul sebagai unit koordinasi yang sangat berguna: ia menarik manfaat dari pengalaman dan dukungan kelembagaan ASEAN, menggabungkan tiga negara ekonomi terbesar Asia, dan secara umum sangat terintegrasi. ASEAN+3 merupakan tempat yang logis bagi sebuah Sekretariat Asia untuk Kerja Sama Ekonomi yang diusulkan untuk dibentuk. Integrasi Asia perlu tetap fleksibel untuk mengakomodasi kelompok-kelompok dengan prioritas yang berbeda atau berubah, dan untuk menyerap kekuatan ekonomi baru dan isu-isu ke dalam proses. Integrasi Asia juga perlu meningkatkan pada konektivitas fisik, untuk menjamin agar inisiatif ASEAN+3 ataupun Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur (ASEAN+3 dan Australia, India dan Selandia Baru) sejalan dengan rencana infrastruktur dari kelompok subkawasan, di satu sisi, dan kerangka kerja kebijakan global yang muncul pada forum-forum antar-kawasan dan global, di sisi lain.
Akhirnya, perekonomian Asia akan mempunyai pasar tunggal dengan regulasi bersama, mata uang bersama, dan kebebasan yang lebih besar bagi pergerakan pekerja. Namun kebijakan jangka pendek membutuhkan visi jangka panjang dan inisiatif pragmatis yang membuahkan hasil-hasil awal yang lebih cepat, langkah demi langkah.
Asia tampaknya akan mengadopsi pilihan-pilahan yang sudah diidentifkasi dalam kajian ini untuk memfasilitasi integrasi, mengelola efek sampingnya, dan membuat pertumbuhan menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan. Regionalisme Asia menjadi lebih percaya diri pada potensinya untuk memberikan kontribusi bagi kesejahteraan Asia dan dunia.
Kita menyaksikan awal mula sebuah komunitas ekonomi Asia yang kuat, sejahtera, berorientasi keluar, terintegrasi secara regional namun terhubung dengan pasar global, dan memiliki tanggung jawab serta pengaruh yang sepadan dengan bobot ekonominya. Kebangkitan regionalisme Asia adalah suatu kekuatan sejarah yang sangat berpengaruh sebagai suatu kemitraan bagi kemakmuran regional dan global bersama. Dengan demikian, dalam kurun waktu yang dekat sangat memungkinkan untuk membentuk sebuah komunitas besar Asia Raya.



KONFLIK REMAJA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI


Konflik yang baru-baru ini sering terjadi pada remaja Indonesia merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh beberapa kalangan masyarakat di Indonesia. Bahkan ada pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Realita tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap ulah pelajar remaja. Keresahan tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa.
Menurut seorang sosiolog, Emille Durkheim, tindakan para pelajar dalam tawuran merupakan perilaku menyimpang atau deviance. Faktor penyebab deviance sendiri beraneka ragam sehingga diperlukan analisis dengan perspektif sosiologi konflik untuk menemukan upaya rekonsiliasi yang mampu mengamodasi permasalahan tersebut.
Permasalahan tawuran kini telah meluas lingkupnya hingga ke hal-hal yang sudah tergolong dalam lingkup kriminalitas. Hal ini karena dalam sebuah fenomena sosial pasti terdapat efek beruntun ataupun efek bersamaan. Efek yang ditimbulkan tersebut diantaranya adalah pemerasan, penodongan, pembajakan angkutan umum hingga ke tindakan penculikan. Namun sayangnya, tindakan ini masih dianggap sebagai deviance dalam masyarakat. Hal ini terjadi apabila tingkat penyimpangan yang diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditolerir sebagai masalah gangguan keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat termasuk dinamika, dan gejala-gejala yang terjadi di dalamnya yang dapat ditangkap dan dianalisis. Tawuran pelajar sekolah menengah yang terus mengalami perkembangan yang mengarah kepada tindakan kejahatan merupakan sebuah gejala sosiologis yang dapat dipelajari dan ditelusuri sebabnya. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa kejahatan merupakan fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap masyarakat. Kejahatan tidak mungkin dihilangkan, tetapi hanya dapat dikurangi intensitas dan kualitasnya.
Sekalipun hanya dikurangi, namun hingga kini belum ada upaya yang serius untuk mengatasi permasalahan tersebut. Akibatnya fenomena tersebut kini mengkristal menjadi hal yang bersifat sistemik. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam alasan. Mulai dari kecemburuan sosial, primordialisme berlebihan, bahkan sampai ke pembalasan dendam.

Analisis Sumber Konflik
Dalam menganalisa sumber konflik, perlu diidentifikasi penyebab tersebut berdasarkan dimensi-dimensinya. Dimensi pertama yakni dimensi struktural yang berkaitan dengan kebijakan dan pengambilan keputusan yang dianggap kurang tepat. Misalnya kebijakan Ujian Nasional yang ditetapkan pemerintah turut serta dalam perwujudan konflik antar pelajar. Hal ini disebabkan karena para pelajar merasa terkekang dalam sebuah kebijakan yang menurut mereka telah mengeksploitasi waktu serta pikiran mereka. Walhasil, mereka akan melakukan upaya untuk terbebas dari aturan-aturan tersebut dengan melampiaskannya dalam konfrontasi fisik.
Dimensi yang kedua adalah dimensi kultural. Dilihat dari dimensi ini, konflik antar pelajar remaja telah menjadi gaya hidup dari remaja itu sendiri. Hal ini menciptakan suatu nilai dalam remaja bahwa yang tidak ikut dalam tawuran adalah remaja yang pengecut. Atas dasar inilah, para remaja menjadi bersikap militan terhadap kelompoknya sekalipun mereka tidak mengetahui sebab konflik itu terjadi.
Dimensi yang ketiga adalah dimensi perilaku. Hal ini berkaitan erat dengan aspek psikologis dari para pelajar remaja di Indonesia. Konflik sosial psikologis berkaitan dengan persoalan salah persepsi, sikap yang negatif, bahkan hingga ke persoalan identitas kelompok dan daerah. Identitas kelompok yang mengeras dan ekslusif menimbulkan jarak dengan kelompok lain, dan amat mudah bergesekkan dan menimbulkan konflik.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat diperoleh beberapa upaya rekonsiliasi untuk mengurangi konflik yang terjadi pada pelajar remaja. Namun upaya rekonsiliasi tersebut membutuhkan peran serta berbagai pihak dalam pelaksanaanya.  Dari segi struktural, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menata ulang kebijakan pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan harapan seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat membuat siswa menjadi nyaman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Apabila siswa merasa nyaman, maka mereka tidak akan mencari kegiatan lain yang dapat mencelakakan diri dan orang lain serta cenderung untuk tidak melakukan penyimpangan.
Sedangkan dari segi kultural, upaya yang dapat dilakukan adalah pihak sekolah selaku institusi pendidikan harus mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa. Pihak sekolah juga harus mampu membuat kegiatan yang dapat mengisi waktu luang para siswanya. Saran terakhir  terakhir dari dimensi perilaku yaitu upaya yang dapat dilakukan adalah kontrol dari lembaga inti yakni lembaga keluarga. Hendaknya di dalam keluarga terdapat hubungan yang komunikatif sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam anggota keluargaan. Harapannya tentunya melalui artikel ini dapat menjadi solusi dari fenomena dalam masyarakat tersebut.