Kamis, 29 Maret 2012

CITA-CITA MULIA

Sukses sebagai proses menuju cita-cita mulia mensyaratkan pentingnya kita memiliki cita-cita mulia terlebih dahulu. Sebab tanpa cita-cita mulia tak ada perjalanan menuju cita-cita mulia. Lalu masalahnya, seperti apa cita-cita mulia itu? Apa saja kriteria cita-cita yang mulia?
Kemuliaan bukanlah berdasarkan perasaan subyektif manusia, tapi ia diukur berdasarkan kebenaran universal yang ada di dunia ini. Kebenaran universal adalah satu-satunya kebenaran yang sejati di dunia ini. Ia adalah kebenaran yang bersumber pada empat hal, yaitu : agama, hati nurani, akal sehat dan ilmu pengetahuan. Kesesuaian antara empat hal itulah yang disebut kebenaran universal. Jika keempat hal tersebut saling bertolak belakang maka agama menjadi batu uji terakhir untuk menentukan kebenaran universal. Nilai-nilai seperti persamaan, kemerdekaan, kejujuran, kesetiaan, kasih sayang, keindahan, ketenteraman, keadilan dan keterbukaan adalah contoh dari kebenaran universal yang sesuai dengan hati nurani, agama, akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Kebenaran universal bukanlah berdasarkan budaya masyarakat atau perasaan seseorang. Budaya dan perasaan bersifat subyektif, nisbi bahkan seringkali tak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya. Kita tak dapat berpegang pada kebenaran berdasarkan budaya dan perasaan sebab hal itu dapat menjerumuskan kita pada perbedaan dan perselisihan tanpa henti. Kebenaran universal yang dapat menyatukan kita pada cita-cita yang sama. Ia merupakan ikatan yang menyatukan peradaban manusia selama-lamanya.
Sukses Anda tergantung dari keserasian cita-cita Anda dengan kebenaran universal. Selama cita-cita Anda tidak bertentangan dengan kebenaran universal, maka hal itu bisa disebut sebagai cita-cita yang mulia. Namun jika cita-cita yang Anda canangkan bertentangan dengan kebenaran universal; atau Anda sekedar menuruti hawa nafsu dan budaya setempat dalam membuat cita-cita Anda, berarti cita-cita Anda bukanlah cita-cita mulia. Jadi kata kuncinya terletak dari sejauh mana keserasian antara cita-cita Anda dengan kebenaran universal.
Jika ingin diteliti lebih lanjut, cita-cita mulia adalah cita-cita yang sesuai dengan kriteria berikut :
1.      Tidak merugikan diri sendiri
Cita-cita mulia tidak boleh merugikan diri sendiri. Tidak boleh merusak empat dimensi yang berada pada diri manusia, yaitu akal, perasaan, hati nurani dan tubuh
manusia. Bukan merupakan cita-cita yang mulia jika Anda mengejar sebuah keinginan yang merusak keempat dimensi tersebut. Misalnya, bercita-cita untuk menjadi
penulis film cabul, bekerja di bisnis judi, atau menjadi stuntman (pemeran pengganti untuk adegan-adegan berbahaya). Namun tidak termasuk merusak diri sendiri
jika Anda mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekali pun, untuk memperoleh cita-cita mulia seperti yang dicontohkan para nabi dan para
pahlawan.
2.      Tidak merugikan keluarga
Cita-cita mulia juga tidak boleh mengorbankan keharmonisan keluarga. Misalnya, jangan gara-gara mengejar ambisi untuk menjadi hartawan atau politikus terkenal,
Anda kemudian sering meninggalkan keluarga, sehingga akhirnya keluarga menjadi berantakan dan tidak harmonis.
3.      Tidak merugikan masyarakat
Cita-cita mulia juga tidak boleh merugikan masyarakat, baik itu orang dekat yang kita kenal maupun orang jauh yang tidak kita kenal. Bercita-cita menjadi penyanyi
dengan goyangan sensual atau menjadi pengusaha judi merupakan cita-cita yang tidak mulia karena merugikan masyarakat.
4.      Tidak merugikan lingkungan alam
Bukan merupakan cita-cita mulia jika lingkungan alam rusak karena mengejar cita-cita tersebut. Merusak lingkungan alam dapat berupa merusak tumbuh-tumbuhan, menyakiti binatang, merusak ekosistem, atau membuat polusi dan limbah.
5.      Tidak merugikan generasi pelanjut 
Cita-cita mulia juga tidak boleh merugikan generasi pelanjut, seperti merusak masa depan anak-anak dan pemuda. Cita-cita menjadi games programer untuk mainan anak-anak yang tidak mendidik, menjadi penyalur film porno atau menjadi bandar narkoba adalah contoh jelas dari sebuah cita-cita yang tidak mulia karena merusak generasi pelanjut.

Jadi jika ingin sukses, Anda perlu memiliki cita-cita yang mulia terlebih dahulu. Contoh cita-cita mulia itu banyak sekali, seperti menjadi penulis novel, pengusaha garmen, dosen, guru, da’i, olahragawan, penyanyi, dan lain-lain, asalkan semua itu tidak bertentangan dengan kriteria di atas. Tanpa adanya cita-cita (tujuan) yang mulia tidak mungkin Anda memperoleh kesuksesan sejati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar